This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, April 15, 2012

Lelanang Djagad.Blogspot: KAJIAN - AL HIKAM

Lelanang Djagad.Blogspot: KAJIAN - AL HIKAM: SEBAGIAN TANDA BERSANDAR KEPADA AMAL  (PERBUATAN DHOHIR) ADALAH BERKURANGNYA HARAPAN  (SUASANA HATI) TATKALA BERLAKU PADANYA KESALAHAN...

KAJIAN - AL HIKAM

SEBAGIAN TANDA BERSANDAR KEPADA AMAL 
(PERBUATAN DHOHIR) ADALAH BERKURANGNYA HARAPAN 
(SUASANA HATI) TATKALA BERLAKU PADANYA KESALAHAN
.
Imam Ibnu Athaillah memulai Kalam Hikmah beliau dengan mengajak kita merenung kepada hakikat amal. Amal  dibagi kepada dua jenis yaitu perbuatan dhohir dan perbuatan hati atau suasana hati berhubung dengan perbuatan dhohir itu. Beberapa orang  melakukan perbuatan dhohir yang serupa tetapi suasana hati berhubung dengan perbuatan dhohir itu tidak serupa. Dampak amalan dhohir kepada hati berbeda antara seorang dengan seorang yang lain. Jika amalan dhohir itu mempengaruhi suasana hati, maka hati itu dikatakan bersandar kepada amalan dhohir. Jika hati dipengaruhi juga oleh amalan hati, maka hati itu dikatakan bersandar juga kepada amal, sekalipun  amalan batin. Hati yang bebas dari bersandar kepada amal sama ada amal dhohir atau amal batin adalah hati yang menghadap kepada Allah s.w.t dan meletakkan ketergantungan kepada-Nya tanpa membawa sembarang amal, dhohir atau batin, serta menyerah sepenuhnya kepada Allah s.w.t tanpa sembarang takwil atau tuntutan. Hati yang demikian tidak menjadikan amalnya, dhohir dan batin, walau berapa banyak sekalipun, sebagai alat untuk tawar menawar dengan Tuhan bagi mendapatkan sesuatu. Amalan tidak menjadi perantaraan di antaranya dengan Tuhannya. Orang yang seperti ini tidak membataskan kekuasaan dan kemurahan Tuhan untuk tunduk kepada perbuatan manusia. Allah s.w.t Yang Maha Berdiri Dengan Sendiri berbuat sesuatu menurut kehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh siapa dan sesuatu. Apa saja yang mengenai Allah s.w.t adalah mutlak, tiada had, sepadan dan tidak terbatas. Oleh karena itu orang arif tidak menjadikan amalan sebagai sepadan yang melampaui ketuhanan Allah s.w.t atau ‘memaksa’ Allah s.w.t berbuat sesuatu menurut perbuatan makhluk. Perbuatan Allah s.w.t berada di hadapan dan perbuatan makhluk di belakang. Tidak pernah terjadi Allah s.w.t mengikuti perkataan dan perbuatan seseorang atau sesuatu.Sebelum menjadi seorang yang arif, hati manusia memang berhubung rapat dengan amalan dirinya, baik yang dhohir mau pun yang batin. Manusia yang kuat bersandar kepada amalan dhohir adalah mereka yang mencari faedah keduniaan dan mereka yang kuat bersandar kepada amalan batin adalah yang mencari faedah akhirat. Kedua-dua jenis manusia tersebut percaya bahwa amalannya menentukan apa yang mereka akan peroleh baik di dunia dan juga di akhirat. Kepercayaan yang demikian kadang-kadang membuat manusia hilang atau kurang bergantung dengan Tuhan. Ketergantungan mereka hanyalah kepada amalan semata-mata ataupun jika mereka bergantung kepada Allah s.w.t, ketergantungan itu bercampur dengan keraguan. Seseorang manusia  memeriksa diri sendiri apakah kuat atau lemah ketergantungannya kepada Allah s.w.t. Kalam Hikmah 1 yang dikeluarkan oleh Ibnu Athaillah memberi petunjuk mengenainya. Lihatlah kepada hati apabila kita terperosok ke dalam perbuatan maksiat atau dosa. Jika kesalahan yang demikian membuat kita berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah s.w.t itu tandanya ketergantungan kita kepada-Nya sangat lemah. Firman-Nya:

‘Wahai anak-anakku! Pergilah dan intiplah khabar berita mengenai Yusuf dan saudaranya (Bunyamin), dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah melainkan kaum yang kafir ‘. ( Ayat 87 : Surah Yusuf )
Ayat di atas menceritakan bahwa orang yang beriman kepada Allah s.w.t meletakkan ketergantungan kepada-Nya walau dalam keadaan bagaimana sekali pun. Ketergantungan kepada Allah s.w.t membuat hati tidak berputus asa dalam menghadapi dugaan hidup. Kadang-kadang apa yang diingini, direncanakan dan diusahakan tidak mendatangkan hasil yang diharapkan. Kegagalan mendapatkan sesuatu yang diingini bukan berarti tidak menerima pemberian Allah s.w.t. Selagi seseorang itu beriman dan bergantung kepada-Nya selagi itulah Dia melimpahkan rahmat-Nya. Kegagalan memperoleh apa yang dihajatkan bukan berarti tidak mendapat rahmat Allah s.w.t. Apa saja yang Allah s.w.t lakukan kepada orang yang beriman pasti terdapat rahmat-Nya, walaupun dalam soal tidak mengabulkan hajatnya. Keyakinan terhadap yang demikian menjadikan orang yang beriman tabah menghadapi ujian hidup, tidak sekali-kali berputus asa. Mereka yakin bahwa apabila mereka sandarkan segala perkara kepada Allah s.w.t, maka apa juga amal kebaikan yang mereka lakukan tidak akan menjadi sia-sia.
Orang yang tidak beriman kepada Allah s.w.t berada dalam situasi yang berbeda. Ketergantungan mereka hanya tertuju kepada amalan mereka, yang terkandung di dalamnya ilmu dan usaha. Apabila mereka mengadakan sesuatu usaha berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang mereka punya, mereka mengharapkan akan mendapat hasil yang setimpal. Jika ilmu dan usaha (termasuk pertolongan orang lain) gagal mendatangkan hasil, mereka tidak mempunyai tempat bersandar lagi. Jadilah mereka orang yang berputus asa. Mereka tidak dapat melihat hikmah kebijaksanaan Allah s.w.t mengatur perjalanan takdir dan mereka tidak mendapat rahmat dari-Nya.
Jika orang kafir tidak bersandar kepada Allah s.w.t dan mudah berputus asa, di kalangan sebagian orang Islam juga ada yang demikian, bergantung sebesar mana sifatnya menyerupai sifat orang kafir. Orang yang seperti ini melakukan amalan karena kepentingan diri sendiri, bukan karena Allah s.w.t. Orang ini mungkin mengharapkan dengan amalannya itu dia dapat merasakan kemakmuran hidup di dunia.Dia mengharapkan semoga amal kebajikan yang dilakukannya dapat mengeluarkan hasil dalam bentuk bertambah rezekinya, kedudukannya atau pangkatnya, orang lain semakin menghormatinya dan dia juga dihindarkan dari bala’ penyakit, kemiskinan dan sebagainya. Bertambah banyak amal kebaikan yang dilakukannya bertambah besarlah harapan dan keyakinannya tentang kesejahteraan hidupnya.
Sebagian kaum muslimin yang lain mengaitkan amal kebaikan dengan kemuliaan hidup di akhirat. Mereka memandang amal salih sebagai tiket untuk memasuki syurga, juga menjauhkan azab api neraka. Kerohanian orang yang bersandar kepada amal sangat lemah, terutamanya mereka yang mencari keuntungan keduniaan dengan amal mereka. Mereka tidak tahan menempuh ujian. Mereka mengharapkan perjalanan hidup mereka senantiasa leluasai dan segala-segalanya berjalan menurut apa yang direncanakan. Apabila sesuatu itu berlaku di luar jangkauan, mereka cepat panik dan gelisah. Bala’ bencana membuat mereka merasakan seolah olah  merekalah manusia yang paling malang di atas muka bumi ini. Bila berhasil memperoleh sesuatu kebaikan, mereka merasakan kejayaan itu disebabkan kepandaian dan kemampuan mereka sendiri. Mereka mudah menjadi ego serta suka menyombongkan diri
Apabila rohani seseorang bertambah teguh dia melihat amal itu sebagai jalan untuknya mendekatkan diri dengan Tuhan. Hatinya tidak lagi cenderung kepada faedah duniawi dan ukhrawi tetapi dia berharap untuk mendapatkan karunia Allah s.w.t seperti terbuka hijab-hijab yang menutupi hatinya. Orang ini merasakan amalnya yang membawanya kepada Tuhan. Dia sering mengaitkan pencapaiannya dalam bidang kerohanian dengan amal yang banyak dilakukannya seperti berdzikir, bersembahyang sunnah, berpuasa dan lain-lain. Bila dia tartinggal melakukan sesuatu amal yang biasa dilakukannya atau bila dia tergelincir melakukan kesalahan maka dia merasa dijauhkan oleh Tuhan. Inilah orang yang pada peringkat permulaan mendekatkan dirinya dengan Tuhan melalui amalan Toriqoh tassawuf.
Jadi, ada golongan yang bersandar kepada amal semata-mata dan ada pula golongan yang bersandar kepada Tuhan melalui amal. Kedua-dua golongan tersebut berpegang kepada kehebatan amal dalam mendapatkan sesuatu. Golongan pertama kuat berpegang kepada amal dhohir, yaitu perbuatan dhohir yang dinamakan usaha atau ikhtiar. Jika mereka bersalah memilih ikhtiar, hilanglah harapan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka hajatkan. Ahli Toriqoh yang masih diperingkat permulaan -kuat bersandar kepada amalan batin seperti sembahyang dan berdzikir. Jika mereka tartinggal melakukan sesuatu amalan yang biasa mereka lakukan, akan berkurangan harapan mereka untuk mendapatkan anugerah dari Allah s.w.t. Sekiranya mereka tergelincir melakukan dosa, akan putuslah harapan mereka untuk mendapatkan anugerah Allah s.w.t.
Dalam perkara bersandar kepada amal ini, termasuk juga bersandar kepada ilmu, sama ada ilmu dhohir atau ilmu batin. Ilmu dhohir adalah ilmu penjelasan dan pengurusan sesuatu perkara menurut kekuatan akal. Ilmu batin adalah ilmu yang menggunakan kekuatan ruhani dalam menyampaikan hajat. Ia termasuk penggunaan ayat-ayat al-Quran dan doa. Kebanyakan orang meletakkan kehebatan kepada ayat, doa dan usaha, hingga mereka lupa kepada Allah s.w.t yang meletakkan kehebatan kepada tiap sesuatu itu.
Seterusnya, sekiranya Tuhan izinkan, kerohanian seseorang meningkat kepada maqom yang lebih tinggi. Nyata di dalam hatinya maksud kalimat:

Tiada daya dan upaya kecuali beserta Allah.

‘Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu!’ ( Ayat 96 : Surah as- Saaffaat )
Orang yang di dalam maqom ini tidak lagi melihat kepada amalnya, walaupun banyak amal yang dilakukannya namun, hatinya tetap melihat bahwa semua amalan tersebut adalah karunia Allah s.w.t kepadanya. Jika tidak karena taufik dan hidayat dari Allah s.w.t tentu tidak ada amal kebaikan yang dapat dilakukannya.


Allah s.w.t berfirman:

‘Ini ialah dari limpah karunia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberian-Nya. Dan (sebenarnya) siapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan siapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi masalah kepada Allah), karena sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pengasih’.  ( Ayat 40 : Surah an-Naml )

Dan tiadalah kamu berkemauan (melakukan sesuatu perkara) melainkan dengan cara yang dikehendaki Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana (mengaturkan sembarang perkara yang dikehendaki-Nya). Ia memasukkan siapa yang kehendaki-Nya (menurut aturan yang ditetapkan) ke dalam rahmat-Nya (dengan ditempatkan-Nya di dalam syurga); dan orang-orang yang zalim, Ia menyediakan untuk mereka azab seksa yang tidak terperi sakitnya. ( Ayat 30 & 31 : Surah al-Insaan )
Segala-galanya adalah karunia Allah s.w.t dan menjadi milik-Nya. Orang ini melihat kepada takdir yang Allah s.w.t tentukan, tidak terlihat olehnya kehebatan perbuatan makhluk termasuk perbuatan dirinya sendiri. Maqom ini dinamakan maqom ariffin yaitu orang yang mengenal Allah s.w.t. Golongan ini tidak lagi bersandar kepada amal namun, merekalah yang paling kuat mengerjakan amal ibadah.
Orang yang masuk ke dalam lautan takdir, ridho dengan segala yang ditentukan Allah s.w.t, akan senantiasa tenang, tidak berduka cita bila kehilangan atau ketiadaan sesuatu. Mereka tidak melihat makhluk sebagai penyebab atau pengeluar dampak ( manfaat )    
Di awal perjalanan menuju Allah s.w.t, seseorang itu kuat beramal menurut tuntutan syariat. Dia melihat amalan itu sebagai kendaraan yang membawanya hampir dengan Allah s.w.t. Semakin kuat dia beramal semakin besarlah harapannya untuk berhasil dalam perjalanannya. Apabila dia mencapai satu tahap, pandangan mata hatinya terhadap amal berubah. Dia tidak lagi melihat amalan sebagai alat atau penyebab. Pandangannya beralih kepada karunia Allah s.w.t. Dia melihat semua amalannya adalah karunia Allah s.w.t kepadanya dan kehampirannya dengan Allah s.w.t juga karunia-Nya. Seterusnya terbuka hijab yang menutupi dirinya dan dia mengenali dirinya dan mengenali Tuhannya. Dia melihat dirinya sangat lemah, hina, jahil( bodoh ), serba kekurangan dan faqir. Tuhan adalah Maha Kaya, Berkuasa, Mulia, Bijaksana dan Sempurna dalam segala hal. Bila dia sudah mengenali dirinya dan Tuhannya, pandangan mata hatinya tertuju kepada Kudrat dan Iradat Allah s.w.t yang merajai segala sesuatu dalam alam maya ini. Jadilah dia seorang arif yang senantiasa memandang kepada Allah s.w.t, berserah diri kepada-Nya, bergantung dan berhajat kepada-Nya. Dia hanyalah hamba Allah s.w.t yang faqir.

Pentingnya Menutupi Aurat

Penyakit yang Menimpa Perempuan Tidak Berjilbab

Rasulullah bersabda, "Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya (HR. Abu Daud)
Rasulullah bersabda, "Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab) (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)
Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwasannya perempuan yang tidak berjilbab atau berpakaian tetapi ketat, atau transparan maka ia akan mengalami berbagai penyakit kanker ganas di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka, apa lagi gadis ataupun putri-putri yang mengenakan pakaian ketat-ketat. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker ganas milanoma pada usia dini, dan semakin bertambah dan menyebar sampai di kaki. Dan sebab utama penyakit kanker ganas ini adalah pakaian ketat yang dikenakan oleh putri-putri di terik matahari, dalam waktu yang panjang setelah bertahun-tahun. dan kaos kaki nilon yang mereka kenakan tidak sedikitpun bermanfaat didalam menjaga kaki mereka dari kanker ganas. Dan sungguh Majalah kedokteran Inggris tersebut telah pun telah melakukan polling tentang penyakit milanoma ini, dan seolah keadaan mereka mirip dengan keadaan orang-orang pendurhaka (orang-orang kafir Arab) yang di da'wahi oleh Rasulullah. Tentang hal ini Allah berfirman:
وإذ قالوا اللهم إن كان هذا هو الحق من عندك فأمطر علينا حجارة من السماء أو ائتنا بعذاب أليم (الأنفال: 32)
Dan ingatlah ketika mereka katakan: Ya Allah andai hal ini (Al-Qur'an) adalah benar dari sisimu maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih ( Q.S. Al-Anfaal:32)
Dan sungguh telah datang azab yang pedih ataupun yang lebih ringan dari hal itu, yaitu kanker ganas, dimana kanker itu adalah seganas-ganasnya kanker dari berbagai kanker. Dan penyakit ini merupakan akibat dari sengatan matahari yang mengandung ultraviolet dalam waktu yang panjang disekujur pakaian yang ketat, pakaian pantai (yang biasa dipakai orang-orang kafir ketika di pantai dan berjemur di sana) yang mereka kenakan. Dan penyakit ini terkadang mengenai seluruh tubuh dan dengan kadar yang berbeda-beda. Yang muncul pertama kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar. Dan terkadang berupa bulatan kecil saja, kebanyakan di daerah kaki atau betis, dan terkadang di daerah sekitar mata; kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh disertai pertumbuhan di daerah-daerah yang biasa terlihat, pertautan limpa (daerah di atas paha), dan menyerang darah, dan menetap di hati serta merusaknya.
Terkadang juga menetap di sekujur tubuh, diantaranya: tulang, dan bagian dalam dada dan perut karena adanya dua ginjal, sampai menyebabkan air kencing berwarna hitam karena rusaknya ginjal akibat serangan penyakit kanker ganas ini. Dan terkadang juga menyerang janin di dalam rahim ibu yang sedang mengandung. Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama, sebagaimana obat luka sebagai kesempatan untuk sembuh untuk semua jenis kanker (selain kanker ganas ini), dimana obat-obatan ini belum bisa mengobati kanker ganas ini.
Dari sini, kita mengetahui hikmah yang agung anatomi tubuh manusia di dalam perspektif Islam tentang perempuan-perempuan yang melanggar batas-batas syari'at. yaitu bahwa model pakaian perempuan yang benar adalah yang menutupi seluruh tubuhnya, tidak ketat, tidak transparan, kecuali wajah dan telapak tangan. Dan sungguh semakin jelaslah bahwa pakaian yang sederhana dan sopan adalah upaya preventif yang paling bagus agar tidak terkena "adzab dunia" seperti penyakit tersebut di atas, apalagi adzab akhirat yang jauh lebih dahsyat dan pedih. Kemudian, apakah setelah adanya kesaksian dari ilmu pengetahuan kontemporer ini -padahal sudah ada penegasan hukum syari'at yang bijak sejak 14 abad silam- kita akan tetap tidak berpakaian yang baik (jilbab), bahkan malah tetap bertabarruj???
( Sumber: Al-I'jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah,  )

Tips & Trik - Seputar Windows XP


Berikut langkah Optimalisasi Windows untuk mempercepat kinerja Komputer :
A. Matikan beberapa fitur Start Up.
Hal ini akan mempercepat loading Windows pada waktu Booting atau pertama kali kita menghidupkan Komputer.
  • Masuk menu RUN >>> Ketikan MSCONFIG >> OK >> Pilih menu Start Up >> Hilangkan semua cawang pada Start up kecuali Program Anti virus
  • Klik Menu service >> Hilangkan cawang pada Automatic Updates
  • Setelah itu >>> Aplly >>> Ok
Hal ini memerlukan Restart Windows, Setelah itu ada Message Windows dan pilih dont show this message again. Kemudian lanjutkan ke Optimasi pada Registry Windows di bawah ini.
B. Optimasi Pada Registry
Rubah Registry Windows pada bagian berikut ini.
  • MASUK RUN >> Ketik REGEDIT >> >> OK
  • MY COMPUTER >>> HKEY_CURRENT_USER >> CONTROL PANEL >> DESKTOP >>
  • Cari MENU SHOW DELAY >> Doble Klik dan rubah value data menjadi 10
  • Cari HUNG-UP TIME OUT >> Doble Klik rubah value dataya menjadi 5
  • MY COMPUTER >> HKEY_LOCAL_MACHINE >> SYSTEM >> CONTROLSET001 >> CONTROL >> WAIT TO KILL SERVICE >> Rubah Valuenya menjadi 500
  • MY COMPUTER >> HKEY_LOCAL_MACHINE >> SYSTEM >> CONTROL SET002 >> CONTROL >> WAIT TO KILL SERVICE >> Rubah Valuenya menjadi 500
  • MY COMPUTER >> HKEY_LOCAL_MACHINE >> SYSTEM >> CURRENT CONTROL Set> COntrol >> SESION MANAGER >> MEMORY MANAGEMENT >> DISABLE PAGING EXCecutive >> Rubah Value data menjadi 1
C. Optimalkan Virtual Memory
  • Masuk Control Panel >> System >> Advanced >> Performance Setting >>> Pilih Custom >> Cawang pada : “Use Drop Shadow For Icon labels on the dekstop” dan “Use Visual styles on windows and buttons” dan kemudian aplly.
  • Pada menu advanced >>> Virtual memory >> Change >> Klik pada drive c:Windows >> Pilih Custom Size >> Rubah Value pada initial size dan maximum Size 2 kali lipat dari value sebelumnya misal 256 rubah ke 512 , 512 rubah 1000) atau anda bisa merubah sesuai keinginan anda asal lebih besar dari value sebelumnya, Kemudian klik Ok.

Trik Seputar Windows XP


Trik Windows XP | Cara Mempercepat Komputer
Ada beberapa cara untuk mempercepat kinerja  komputer  yang menggunakan windows XP, Agar perfomance PC bisa lebih maksimal  anda dapat mencoba tips dan trik berikut ini :
  1. Sebelum anda memulai tweaking (hm..utak-atik) sebaiknya anda backup dulu registry dengan memilih menu start>run>lalu ketikkan regedit setelah antar muka registrynya muncul pilih menu file >export dan beri nama ffile dengan nama backup.reg dan klik OK
  2. Agar lebih aman lagi jika terjadi kesalahan maka disarankan untuk memback-up semua data-data yang penting Klik Start, Run, ketik CMD – Pada prompt ketikkan : CONVERT C: /FS:NTFS lalu tekan tombol ENTER lalu tunggulah untuk sementara waktu hingga proses back-up selesaipilih menu start>Run dan ketikkan msconfig dan pada tab service uncheck service window yang tidak diperlukan
  3. Non aktifkan / disable Service Windows yg tidak butuhkan
  • * Alerter
    * Clipbook
    * Computer Browser
    * Distributed Link Tracking Client
    * Fast User Switching
    * Help and Support
    * Human Interface Access Devices
    * Indexing Service
    * IPSEC Services
    * Messenger
    * Netmeeting Remote Desktop Sharing
    * Portable Media Serial Number
    * Remote Desktop Help Session Manager
    * Remote Procedure Call Locator
    * Remote Registry
    * Remote Registry Service
    * Secondary Logon
    * Routing & Remote Access
    * Server
    * Telnet
    * TCP/IP NetBIOS Helper
    * Upload Manager
    * Universal Plug and Play Device Host
    * Wireless Zero Configuration -(Jangan didisable jika anda mengunakan Wireless)
    * Workstation
Tips Mempercepat Booting Windows XP
Windows XP memilik  kemampuan menjalankan defrag saat proses booting.  pada dasrnya Boot Defrag melakukan proses menata file-ile yg berhubungan dengan file-file dibutuhkan saat booting booting dengan mengindeks file secara berurutan. Secara default fitur defrag ini telah pada OS Windows, tapi tapi anda bisa memastikan jika fitur defrag ini telah aktif di komputer anda dengan cara dibawah ini
  • Start Menu>Run
  • Ketik regedit
  • Pilih HKEY_LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Microsoft\Dfrg\BootOptimizeFunction
  • Cari Enable dibagian kanan regedit
  • Klik Modify dan  Pilih Y to enable
  • Klik kanan > pilih modify dan ubah value menjadi angka 1000 lalu klik OK
Trik Mempercepat Loading Windows Menu
Untuk mempercepat proses saat loading windows berlangsung ikuti langkah-langkah dibawah ini :
  • Start Menu>Run
  • Ketik Regedit> lalu tekan enter
  • Masuk ke  HKEY_CURRENT_USER\Control Panel\Desktop\
  • Pilih MenuShowDelay
  • Klik kanan dan pilih “Modify’ ganti value dengan angka 100
Cara memaksimalkan Shutdown Windows XP
  • Start Menu>Run
  • Ketik Regedit> lalu tekan entermn
  • Masuk ke  HKEY_CURRENT_USER\Control Panel\Desktop\
  • Pilih WaitToKillAppTimeout
  • Klik kanan dan pilih modify dan ubah value menjadi angka 1000 lalu klik OK
  • Pilih HungAppTimeout lalu klik kanan > pilih modify dan ubah value menjadi 1000 lalu klik OK
  • Masuk ke HKEY_USERS\.DEFAULT\Control Panel\Desktop’
  • Pilih WaitToKillAppTimeout
  • Klik kanan > pilih modify dan ubah value menjadi 1000  lalu klik OK
  • Masuk keHKEY_LOCAL_MACHINE\System\CurrentControlSet\Control\
  • Pilih WaitToKillServiceTimeout
  • Klik kanan > pilih modify dan ubah value menjadi 1000  lalu klik OK

Habiburrahman El Shirazy - KARENA AKU CINTA BAGINDA NABI


KARENA AKU CINTA BAGINDA NABI

Habiburrahman El Shirazy*

Pagi itu Kairo diselimuti kabut tebal. Jalan-jalan masih lengang. Satu dua orang nampak pulang dari masjid. Semilir angin dingin berhembus menerobos ke dalam gedung lewat sela-sela jendela dan pintu. Pada puncak musim dingin seperti ini, shalat shubuh berjamaah di masjid benar-benar suatu ujian maha berat bagi penduduk kota Kairo. Banyak yang lebih memilih tetap tidur di atas kasur bermanja dengan kehangatan selimut wool buatan Turki.
      Di masjid As Salam, yang terletak di kawasan Hayyul Asyir, Nasr City, beberapa anak kecil membaca Al Quran dengan tartil secara bergantian. Mereka duduk melingkari seorang Syaikh berjenggot putih. Hawa musim dingin yang menusuk tulang tidak mampu menghalangi semangat mereka.
      “Mahmud, kenapa Hamid tidak hadir?” tanya Syaikh Musthafa pada anak berkopiah putih itu. Hamid yang ditanyakan itu memang anak paling rajin dan paling banyak hafalan Qurannya. Tinggal tiga juz lagi, anak berusia sembilan tahun itu akan hafal tiga puluh juz. Ia sangat disayang oleh Syaikh Musthafa. Wajar jika ketidakhadirannya ditanyakan beliau.
      “Saya tidak tahu, Syaikh.” Jawab Mahmud lembut penuh hormat.
      “Kalau begitu, usai halaqoh ini, kau ikut aku ke rumah Hamid. Sebab tidak biasanya ia absen tanpa ijin.” Sahut Syaikh Musthafa.
      “Ya, insya Allah, Syaikh.” Jawab Mahmud.
      Satu persatu anak-anak itu membaca Al Quran secara bergantian. Menjelang waktu syuruq, halaqoh tadarusan Al Quran itu usai. Syaikh Musthafa dan Mahmud bergegas ke rumah Hamid.
* * *
      Sementara itu, di kawasan Mutsallats, dalam keremangan kabut tebal nampak anak kecil bergerak dengan cekatan. Dengan setimba air dan kain lap, ia bergerak mencuci mobil yang di parkir berjejer di depan apartemen satu persatu. Ia begitu bersemangat meskipun bias kesedihan tidak bisa ia sembunyikan dari wajahnya. Seluruh tubuhnya tertutup rapat oleh pakaiannya yang kumal. Hanya muka dan kedua lengannya yang terbuka. Dinginnya hawa pagi membuat kedua tangannya terasa kaku. Namun ia terus bergerak mencuci mobil-mobil itu sambil melantunkan kalam Ilahi…
      “Tabaarakalladzi biyadihil mulku wahuwa `ala kulli syai`in qodiir. Alladzi khalaqol mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu `amala….”
Dengan suara jernih ayat-ayat suci itu keluar dari mulutnya yang mungil. Sementara kedua tangannya bergerak menyapukan kain lap yang dibasahai air ke kaca sebuah sedan Accord. Ya itulah kebiasaannya. Ia selalu mengulang-ulang dua ayat pertama juz Tabarak dalam kerjanya. Ia merasa mendapatkan tenaga tambahan membaca dua ayat itu. Hatinya selalu bergetar, secara otomatis syaraf-syarafnya akan menyalurkan kandungan maknanya ke dalam otak dan ke seluruh pesona tubuhnya…
      “Maha Suci Tuhan yang di tanganNya segala kerajaan, dan Dia Maha Menguasai segala sesuatu. Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapakah yang paling baik amalnya…”
      Yah, mulutnya melantunkan ayat, hatinya bergetar, otak dan syaratnya bereaksi, kedua tangannya bergerak cekatan. Gerakan kedua tangannya menyapukan serbet basah pada kaca-kaca mobil. Gemericik air saat ia mencelupkan serbetnya ke dalam ember. Serta goyangan tubuhnya mengikuti irama kedua tangannya. Semua itu seumpama tarian kaum sufi yang sedang asyik masyuk dengan Tuhannya. Gerakan-gerakannya itu adalah tadabbur hidup atas dua ayat suci itu. Sementara matanya berkaca-kaca. Dalam pelupuk matanya terbayang ayahnya yang sedang sakit keras. Sementara ibunya, pada waktu yang sama, juga mencuci mobil di tempat yang berlainan. Kedua adiknya yang masih kecil mungkin sedang menangis minta susu. Padahal dirinya dan si Izzah, adiknya, juga butuh biaya untuk membayar SPP sekolah. Ia ingin menangis. Namun, ah, anak lelaki tidak boleh menangis.
“Aku harus perkasa dan tegar. Baginda Nabi dulu juga miskin. Beliau juga bekerja keras pada waktu kecil. Beliau mengembalakan kambing-kambing suku Quraisy. Namun beliau tegar, sabar dan tidak menangis.” Kata Hamid  dalam hati.
 Dengan punggung telapak tangannya ia menyeka air matanya. Lalu kembali bekerja. Angin dingin menerpa wajahnya yang kaku. Bibirnya biru.
      Sejurus kemudian ia mendengar langkah kaki mendekat. Dari ujung matanya ia menangkap dua bayangan di kejauhan semakin mendekat. Seorang kakek bersama anak kecil seusianya. Samar-samar ia mendengar percakapan keduanya.
      Subhanallah, siapa anak kecil itu? Pagi-pagi sedingin ini sudah bekerja keras.” Kata sang Kakek.
      “Anak yang tabah. Oh, sebentar Syaikh, aku sepertinya cukup akrab dengan sosok kecil itu, mari kita mendekat.” Jawab Sang anak yang tak lain adalah Mahmud. Keduanya pun bergegas mendekat. Semantara Hamid tidak begitu mempedulikan percakapan keduanya. Yang ada dalam benaknya adalah bagaimana ia bisa secepatnya menyelesaikan pekerjaannya. Masih ada lima mobil lagi yang harus ia bersihkan.
      Dan betapa terkejutnya Mahmud ketika mengetahui bahwa anak yang sedang mencuci mobil itu adalah Si Hamid, teman mengajinya yang selama ini ia kenal.
      Subhanallah, ternyata kamu Hamid ! Syaikh, ini Hamid !” Kata Mahmud dengan penuh keheranan.
      Syaikh Musthafa pun terhenyak kaget melihat Hamid dengan pakaian tebal dan kumal sedang mencuci mobil. Hamid juga tidak bisa menyembuyikan kekagetannya begitu tahu Syaikh Musthafa dan Mahmud kini ada di hadapannya.
      A..as..assalamu`alaikum Syaikh…” sapa Hamid sambil membersihkan tangannya. Lalu pelan-pelan ia maju menyalami Syaikh Musthafa dan mencium tangan Syaikh Musthafa.
      Wa `alaikumus salam, Anakku.” Jawab Syaikh Musthafa dengan hati haru.
      “Syaikh, maafkan saya. Saya tidak bisa ikut tadarus pagi ini. Saya tidak sempat untuk minta ijin. Ayah saya sakit keras. Saya harus membantu ibu menggantikan kerja ayah. Jika tidak bekerja maka kami sekeluarga tidak bisa makan. Ayah saya hanyalah seorang bawwab. Sudah tiga hari ayah sakit. Dua hari yang lalu saya ingin membantu ayah tapi tidak diperbolehkan. Sejak tadi malam ayah tidak bisa bangkit dari tempat tidurnya. Untuk kerjaan mengepel tangga, mencuci mobil dan menyirami taman, sayalah yang harus menggantikan. Biasanya saya ikut membantu ayah tiap hari usai tadarus sebelum berangkat sekolah. Saya ikut membantu mencuci dua atau tiga mobil saja. Karena kondisi ayah yang seperti ini, sekarang saya harus mencuci belasan mobil. Jadi saya tidak bisa ikut tadarus.” Hamid menjelaskan keadaannya, apa adanya. Ia menganggap Syaikh Musthafa sudah seperti kakeknya sendiri. Syaikh Musthafa mendengar keterangan Hamid dengan meneteskan air mata.
      “Sekarang masih ada berapa mobil yang harus kau cuci, Anakku?” tanya Syaikh Musthafa.
      “Masih ada delapan, Syaikh.” Jawab Hamid.
      “Baiklah, aku akan membantumu.” Tukas Syaikh.
      “Oh jangan Syaikh, biar saya selesaikan sendiri. Ini tugasku. Aku tidak boleh manja. Aku harus mampu bekerja dengan kedua tanganku.”
      “Aku tahu prinsipmu, Anakku. Tapi kali ini aku ingin membantumu, biar kamu bisa berangkat sekolah dan tidak terlambat. Aku juga ingin olah raga.” Sahut Syaikh Musthafa sambil melepas sorbannya dan melipat lengan jubahnya. Sementara Mahmud memperhatikan Syaikhnya itu dengan perasaan haru. Syaikh Musthafa memang tokoh yang ringan tangan dan rendah hati. Beliau benar-benar meneladani Baginda Nabi. Suatu ketika Baginda Nabi bepergian bersama para sahabatnya. Di tengah perjalanan mereka kelaparan. Para sahabat pun sama mencari bahan makanan. Ada yang berburu dan ada yang mencari gandum. Akhirnya bahan makanan itu terkumpul semua. Tinggal mencari kayu bakar untuk memasaknya. Saat itu yang belum beranjak adalah baginda Nabi. Maka tanpa malu-malu beliau bergegas mencari kayu bakar. Para sahabat meminta baginda Nabi diam tenang saja, biar mereka yang mencari kayu bakar. Tapi beliau menjawab, “Aku juga ingin mendapat bagian pahala yang sama dengan kalian. Kalian semua sudah bekerja mencari bahan makanan. Sekarang giliranku mencari kayu bakar.” Para sahabat pun semakin hormat dan cinta pada baginda Nabi yang ringan tangan dan rendah hati itu. Begitu juga yang saat itu dirasakan Mahmud, ia semakin cinta dan kagum pada Syaikh Musthafa.
      “Kalau begitu biar aku yang mencari air dan serbet Syaikh.” Sahut Mahmud. Rupanya Mahmud teringat cerita Baginda Nabi mencari kayu bakar. Jika Syaikh Musthafa saja mau membantu Hamid mencuci mobil, maka alangkah tidak berbudinya ia jika diam saja menonton. Mahmud  langsung berlari mencari air dan serbet.
      Sejurus kemudian Syaikh Musthafa dan Mahmud tampak telah ikut membantu Hamid membersihkan mobil. Usai membersihkan mobil ketiganya lalu bertandang ke rumah Hamid.
      “Ayahmu sudah di bawa ke dokter, Hamid?” tanya Syaikh.
      “ Belum.” Jawab Hamid lugu.
      Astaghfirullah, kenapa tidak dibawa ke dokter?”
      “Tidak ada biaya Syaikh. Ayah hanya seorang bawwab. Gajinya hanya cukup untuk makan. Gaji bulan ini sudah habis untuk berobat dua adikku yang masih kecil.”
      “Kalau begitu ayo cepat sedikit jalannya.” Syeikh Musthafa dan kedua muridnya mempercepat jalan mereka.
      “Oh ya Hamid, nanti jangan cerita pada ayah atau ibumu kalau aku membantumu ya.” Kata Syaikh Musthafa. Hamid menjawab dengan mengangukkan kepala.
* * *
      Assalamu`alaikum, Ayah, ada tamu.” kata Hamid.
      Wa..wa `alaikumussalam…ukhg..ukhg…” ayah Hamid memaksakan menjawab dengan suara berat bercampur batuk.
      “Ayah ini Syaikh Musthafa.”
      “Oh, ah…ahlan wa sahlan, syaraftana biziyaratik…” jawab ayah Hamid sambil berusaha bangkit.
      “Jangan dipaksakan bangkit, istirahat saja, biar aku yang mendekat.” Syaikh Musthafa lalu mendekat dan duduk di samping ayah Hamid.
      “Sudah berapa hari tidak enak badan, Abu Hamid?”
      “Sebetulnya saya merasakan sudah sejak setengah bulan yang lalu. Saya anggap akan hilang sendiri. Saya kuatkan untuk tetap bekerja seperti biasa. Tapi sejak tiga hari yang lalu saya benar-benar tidak berdaya. Seluruh tulang rasanya nyeri dan sakit. Ditambah pusing dan batuk yang seperti menggumpal di dada.”
      “Sudah diobati?”
      “Saya sudah minum obat flu. Tapi tidak juga ada perubahan. Padahal biasanya kalau tidak enak badan langsung sembuh diminumi obat flu.”
      “Kebetulan anak saya dokter di rumah sakit Ains Syams. Nanti biar saya minta dia datang ke sini memeriksa Abu Hamid. Sekarang saya mau pamit dulu. Sebetulnya saya ingin bincang-bincang agak lama. Cuma jam tujuh ini saya ada janji, jadi saya harus segera pulang.”
      “Terima kasih Syaikh, maaf jika kami merepotkan.”
      Syaikh Musthafa beranjak meninggalkan rumah Hamid yang hanya berukuran tiga kali empat meter itu. Hamid sangat terharu mendapat kunjungan dari ulama besar itu.
      “Hamid, Syaikhmu itu baik sekali. Orang besar seperti dia, yang tiap malam Jumat mengisi pengajian di televisi, masih mau menjenguk kita yang miskin. Ayah sangat senang sekali. Semoga kamu bisa meniru kemuliaan akhlaknya.” Kata sang ayah setelah Syaikh pergi. Diam-diam Hamid ingin menangis. Kalau saja ayahnya tahu Syaikh Musthafa juga ikut membantu dirinya membersihkan mobil. Ingin rasanya ia memberitahukan hal itu, tapi Syaikh tadi sudah berpesan agar tidak memberitahukan pada siapa-siapa. Cukup mereka bertiga dan Allah saja yang tahu.
* * *
      Hamid dan ibunya menyaksikan dengan seksama bagaimana Dokter Amin memeriksa ayah. Syaikh Musthafa selalu menetapi perkataannya. Hanya berselang satu jam setelah beliau pamitan. Dokter Amin, putra sulung beliau datang ke rumah Hamid dengan membawa dua kaleng susu, roti, mentega, vitrac dan buah Tin.
      “Abu Hamid, sakit bapak kali ini agak serius. Bukan flu atau reumatik. Bapak terkena gejala flu tulang dan paru-paru basah. Belum parah. Tapi perlu perawatan intensif. Sebaiknya Bapak dirawat di rumah sakit, biar cepat sembuh.” Jelas dokter Amin halus.
      “Te…tapi saya keberatan Dokter.” Jawab Abu Hamid.
      “Kenapa? Bapak ingin cepat sembuh kan?”
      “Tentu saya ingin segera sembuh, tapi terus terang Dokter saya tidak mampu membayar biaya rumah sakit. Dokter sudah lihat sendiri keadaan kami sekeluarga.”
      “Masalah biaya bisa kita pikir bersama sambil jalan. Yang penting Bapak mau di rawat di rumah sakit dulu. Saya akan membantu agar bapak mendapatkan keringanan dan akan saya coba mencarikan bantuan ke Lajnah Zakat Masjid As Salam.” Jelas Dokter Amin.
      “Kalau begitu saya ikut dokter bagaimana baiknya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kalaupun sehat saya hanya bisa mencuci mobil, mengepel lantai dan menyirami taman.”
      “Jangan begitu Pak, semua orang yang mendengar bacaan Quran dan mengenal budi pekerti Hamid selalu bertanya-tanya siapa orang tuanya yang berhasil mendidik anak yang shalih ini. Bapak telah melakukan suatu yang besar.”
      Pagi itu juga Abu Hamid dibawa ke rumah sakit oleh dokter Amin. Hanya ibu yang ikut ke rumah sakit. Hamid harus berangkat sekolah sebab ada ujian. Sementara Izzah adiknya di rumah menunggui adik kembarnya yang masih balita. Sampai di sekolah pikiran Hamid masih saja terpatri pada ayahnya. Ada sedikit rasa khawatir menelusup dalam relung hatinya jika mengingat kemarin malam ayahnya batuk darah. Juga permintaan dokter Amin agar pagi itu juga dibawa ke rumah sakit. “Ya, Allah sembuhkanlah ayahku.” Doa Hamid di dalam hati.
* * *
      Siang itu, matahari tampak di tengah petala langit. Meski tidak secerah musim panas, kehadiran matahari sangat berguna mengurangi hawa dingin kota Kairo. Hamid berjalan sepanjang jalan raya Az Zahra-Mutsallats. Ia agak tergesa. Hatinya ingin cepat-cepat sampai rumah. Berjumpa dengan Izzah dan kedua adik kembarnya. Atau berjumpa ibu jika ibu sudah sampai di rumah dari rumah sakit.
      Ia terus berjalan kaki menyusuri trotoar. Tiba-tiba ia terhenyak. Kedua matanya menangkap sesuatu. Di pinggir trotoar ia menemukan tas wanita sangat cantik tergeletak. Tas siapa gerangan? Hati Hamid agak ragu mengambil tas itu.        Ambil tidak ya?
      Ambil !
      Tidak, itu milik orang!
      Ambil saja, selamatkan tas itu. Jika tidak kau ambil nanti akan diambil orang yang tidak bertanggung jawab!
      Jngan, nanti kau malah kena masalah !
      Ambil dan serahkan pada yang bertanggung jawab!

Akhirnya Hamid memutuskan untuk mengambil tas itu. Ia berniat untuk menyerahkan tas yang ditemukannya itu pada polisi. Ia bergegas menuju pos polisi. Namun di tengah perjalanan ada suara dari nafsunya berbicara :
      “Apa tidak sebaiknya kau buka tas itu untuk mengetahui isinya. Jangan-jangan isinya barang yang tidak baik. Jangan-jangan isinya bom.”
      “Eh jangan kau buka. Itu tas milik orang. Langsung serahkan saja pada polisi, biar polisi yang membuka.”
      “Buka dulu. Kalau isinya obat terlarang kau nanti malah mendapat masalah. Kau bisa kena hukuman berat.”
      “Kau tidak punya hak membuka tas orang. Serahkan pada polisi dan ceritakan apa adanya dengan jujur. Orang jujur pasti mujur.”
      “Masalahnya bukan jujurnya. Biar selamat, buka dan ketahui isinya. Orang jujur yang tidak mujur malah hancur juga ada ! Pokoknya aku sudah memberi tahumu untuk membuka tas itu. Kalau isinya obat terlarang bisa langsung kau buang. Dan kau akan selamat.”
      Ternyata Hamid mengikuti kata hatinya yang mengajaknya untuk membuka tas itu. Perlahan-lahan, di tempat yang sepi Hamid membuka tas itu. Ia sangat terkejut melihat isi tas itu. Isinya adalah uang sebesar sepuluh ribu pound, permata, alat-alat kecantikan dan surat-surat berharga. Melihat uang sebesar itu terjadilah pergolakan hebat dalam hatinya.
      “Sebaiknya aku serahkan uang ini atau tidak pada polisi?” Sebuah pertanyaan muncul dri sudut hatinya. Lalu terbayanglah ayahnya yang sedang sakit keras. Ibunya yang harus mencuci mobil tiap pagi di musim dingin. Adiknya yang belum bayar SPP. Kedua adiknya yang memerlukan susu. Terbayanglah semua penderitaannya yang disebabkan oleh kemiskinan. Kini, di tangannya ada uang yang banyak, juga permata. Dengan uang itu ia bisa melakukan banyak hal.
      “Ambil saja uang dan permata itu. Lalu tasnya buang saja ke tempat sampah. Kau bisa membayar biaya rumah sakit ayahmu dan menolong keluargamu. Kau pun bisa membeli sepeda untuk sekolah. Toh tidak ada yang melihatmu.”
      Tiba-tiba ada kesadaran yang lain angkat suara
      “Kalau pun tidak ada yang makhluk yang melihat, maka Allah Maha melihat. Kedua tangan dan matamu bahkan akan menjadi saksi perbuatanmu. Ayah dan ibumu akan sangat marah atas perbuatan tidak baik itu. Syaikh Musthafa juga akan murka atas ketidakjujuranmu!”
      Hamid lalu teringat pesan ibunya,
      “Aku sangat bahagia dan bangga jika anak-anakku mencintai dan dicintai baginda Nabi.”
      “Bagaimana caranya mencintai dan dicintai baginda Nabi, Bu?” tanyanya seketika.
      “Dengan mengikuti dan meneladani akhlak dan sifat beliau.”
      “Akhlak dan sifat beliau itu seperti apa Bu.”
      “Yang paling jelas, beliau mendapat gelar “al amin” artinya pribadi yang dapat dipercaya. Yaitu pribadi yang jujur dan amanah.”
      Mengingat itu ia menitikkan air mata,
      “Aku ingin dicintai ibu. Aku tidak ingin ibu marah. Aku juga ingin mencintai dan dicintai Rasulullah.”
      Perlahan-lahan ia menutup kembali tas itu lalu membawanya ke kantor polisi. Ia menyerahkan tas itu pada polisi, setelah menceritakan kejadiannya. Hamid pun pulang dengan hati lapang. “Ibu, aku berhak mendapatkan cintamu!”
* * *
      Alangkah herannya Hamid melihat keramaian di depan rumahnya. Orang-orang banyak mengumpul di sana. Dari kejauhan ia melihat bayangan Syaikh Musthafa di sana. Para tetangga juga banyak yang hadir. Semakin mendekat, samar-samar ia mendengar tangis Izzah adiknya. Jangan-jangan…!
Ia mempercepat larinya. Begitu sampai di halaman, Syaikh Musthafa langsung merangkul dan menuntunnya. Ia semakin bingung dan cemas sekali. Begitu masuk rumah ia mendapati ibunya mengalirkan air mata duduk di samping ayahnya yang terbaring diam.
      “Hamid, doakan ayahmu semoga mendapatkan rahmat dan dimasukkan ke dalam surga Allah…” Kata ibunya dengan penuh tabah.
      Menghadapi kenyataan itu, Hamid tidak mampu membendung kesedihannya. Ia menangis tersedu-sedu.
      “Ayaaaah…ayaah…bangun ayah, bangun ayaah! Hamid akan bantu ayah tiap hari mencuci mobil, mengepel tangga apartemen, menyiram halaman…” isak Hamid.
      Syaikh Musthafa mendekap Hamid dengan penuh kasih sayang.
      “Sabarlah anakku. Ini sudah menjadi takdir Allah. Kita harus menerimnya dengan penuh keridhaan….” Hibur Syaikh Musthafa.
      Hamid tetap menangis terisak-isak. Ia bagai melihat perjalanan panjang yang gelap. Ayah telah tiada. Rumah tidak punya, hanya menempati ruangan dibawah tangga apartemen berukuran tiga kali empat. Adiknya tiga. Ibunya yang juga mulai sering sakit-sakitan. Air matanya menetes perih. Syaikh Musthafa seolah mampu membaca pikiran yang ada dalam benak Hamid. Dengan bijak beliau menghibur,
      “Kau masih punya ayah. Sejak dulu kau sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Mulai sekarang akulah ayah angkatmu....”
      Perkataan Syaikh Musthafa bagai embun penyejuk di tengah kehausannya. Seumpama lentera bagi kegelapan pikirannya. Syaikh Musthafa lalu menjelaskan, sebenarnya sakit Abu Hamid sudah sangat parah. Dokter sudah berusaha sekuat tenaga, namun kehendak Allah menentukan lain.

* * *
      Hari terus bergulir. Tak ada manusia yang mampu mengehentikan putaran waktu. Cairo memasuki bulan Ramadhan. Masjid-masjid lebih penuh dari biasanya. Al Quran menggema di mana-mana. Di masjid, di kampus, di halte, di stasiun, juga di bis kota. Hamid semakin aktif mengaji Al Quran pada gurunya. Syaikh Musthafa yang sangat perhatian.
      Pagi itu, seperti biasa, usai mengaji Al Quran di masjid As Salam, Hamid membantu ibunya mencuci mobil dibantu adiknya Izzah. Sejak kepergian sang ayah, mereka harus bekerja lebih giat meskipun tiap bulan ada tunjangan dari lajnah zakat. Hamid mulai menapak kehidupan yang lebih keras. Namun ia tidak pernah mengeluh atau bersedih. Ia harus selalu sabar dan tampak bahagia seperti wasiat ayahnya.
      Di tengah kesibukannya mencuci mobil, ia mendengar suara ibunya memanggil. Segera ia beranjak mendekati ibunya.
      “Hamid, kau dicari polisi?”
      “Polisi? Ada apa Bu?”
      “Tak tahulah, katanya sangat penting!”
      Lalu Hamid pun mengikuti ibunya menemui polisi yang menunggu di depan rumahnya. Polisi itu langsung menjabat tangan Hamid dengan tersenyum,
      “Selamat untukmu Hamid, Allah yubarik fik ya bunayya !”
      “Ada apa Paman. Bukankah paman adalah komandan polisi yang menerima tas yang saya temukan itu?”
      “Benar, Hamid. Tenyata kau tidak lupa. Aku datang ke sini untuk memberikan kabar gembira padamu. Pihak kepolisian dan kementerian pariwisata atas nama pemerintah Mesir akan memberikan penghargaan khusus atas kejujuranmu.”
      “Penghargaan apa paman? Bukankah itu sudah menjadi kewajibanku.”
      “Ketahuilah anakku, sikap amanahmu itu telah menaikkan citra rakyat Mesir di luar negeri. Tas yang kau temukan adalah milik seorang turis wanita keluarga kaisar Jepang yang sedang berwisata ke Mesir. Saat itu ia dan suaminya naik taksi hendak pergi ke Ain Sukhnah. Ternyata sopir taksinya seorang penjahat yang baru dua minggu keluar penjara. Mereka berdua dirampok oleh sopir taksi itu. Koper suaminya kena rampas. Namun ia sempat membuang tasnya. Dalam tas itu ada surat-surat berharga dan dokumen penting yang tiada ternilai harganya. Dan ternyata kau kembalikan dalam keadaan utuh tidak berkurang apa pun. Kejadian ini membuat pemerintah Jepang sangat berterima kasih dan menghargai bangsa Mesir. Besok Panglima polisi, Menteri Periwisata dan Duta Besar Jepang di Kairo akan mengadakan acara resmi memberikan penghargaan padamu. Saya bertugas menyiapkan penampilanmu dan keluargamu serta menjemputmu. Sekarang bersiaplah, kita akan ke boutique untuk mencari pakaian yang cocok untukmu. Dan untuk itu penghargaan akan di sampaikan setelah shalat ied. Dalam suasana bahagia, di lapangan Buuts Al Azhar.”
      Hamid pun menurut saja dengan ajakan paman polisi itu. Mendengar itu semua, ibunya menangis bahagia.
* * *
      Hari raya idul Adha tiba. Hamid sekelurga dijemput dengan sedan limousine. Hamid mengenakan pakaian yang membuatnya tampak gagah. Acara itu berlangsung di lapangan Buuts Al Azhar. Duta Besar Jepang untuk Mesir datang tepat setelah khotbah ied dibacakan.
      Hamid datang bersama ibu dan adik-adiknya serta keluarga Syaikh Musthafa. Pada acara puncak Duta Besar Jepang untuk Mesir memanggil nama Hamid untuk diberi penghargaan dari pemerintah Jepang.
      Hamid maju dengan polosnya, seolah tidak terjadi apa-apa. Puluhan kamera membidik sosok mungilnya. Puluhan stasiun televisi Arab dan Jepang menyiarkan acara ini. Sampai di depan hadirin, Duta Besar Jepang menyalami Hamid dengan hangat. Duta itu bertanya dengan menggunakan bahasa Arab fusha,
      Ma ismuk ya Ibni?”
      “Hamid Rasyeed.”
      “Kamukah yang menemukan tas berwarna merah berisi uang dan barang-barang berharga satu bulan yang lalu di daerah Zahra?”
      “Ya.”
      “Kenapa kamu serahkan pada polisi? Isinya kan sepuluh ribu pound. Kenapa tidak kamu ambil saja uangnya lalu kamu buang tasnya ke tempat sampah, dengan begitu kamu bisa kaya dan membeli apa saja? Bukankah pada waktu itu tidak ada yang melihatmu?”
      “Tas dan isinya itu bukan milik saya, jadi saya tidak berhak sedikitpun menggunakannya. Bahkan semestinya membukanya saja saya tidak berhak. Ya, saat itu tidak ada yang melihatku. Tapi hati nuraniku melihatku. Allah juga melihatku.”
      “Apa yang menyebabkan kau begitu kuat menjaga kejujuran dan amanah.”
      “Cinta.”
      “Cinta pada siapa?”
      “Cinta pada Baginda Nabi.”
      “Siapa Baginda Nabi itu?”
      “Beliau adalah Nabi Muhammad, seorang Rasul utusan Allah yang terakhir. Dia bergelar al-amin, yang penuh amanah dapat dipercaya. Ibundaku pernah berkata padaku bahwa beliau sangat bahagia dan bangga jika aku mencintai dan dicintai baginda Nabi. Kata ibu caranya adalah dengan meneladani sifat dan akhlak beliau. Aku ingin ibuku bahagia. Aku ingin ibuku selalu bangga, maka aku berusaha menjaga untuk selalu meneladani Baginda Nabi yang jujur, amanah dan dapat dipercaya.”
      Mendengar wawancara itu, hadirin terkesima dan terharu. Hamid menerima penghargaan dari pemerintah Jepang berupa uang tunai dua ribu pound, peralatan sekolah, beasiswa sampai perguruan tinggi, dan berwisata ke Jepang satu keluarga di musim panas. Dari pihak kepolisian dan kementerian wisata Hamid juga mendapatkan plakat penghargaan dan tabungan senilai lima ribu pound. Dua minggu setelah itu, ibu Hamid dipanggil kementerian pendidikan untuk menerima penghargaan sebagai ibu teladan. Sekaligus diangkat menjadi guru TK percontohan di Kairo.
      “Anakku, ini adalah bukti nyata bahwa cinta yang tulus kepada Baginda Nabi bisa mendatangkan syafaat.” Kata Syaikh Musthafa usai Hamid mengaji di shubuh hari. Rasa cinta Hamid kepada Baginda Nabi semakin kuat. Ingin rasanya ia berjumpa dan mencium kedua tangan beliau yang harum. Ingin rasanya selalu hidup bersamanya dan mencontoh akhlaknya yang mulia.

*HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY adalah novelis terkemuka Indonesia, penerima PENGHARGAAN SASTRA NUSANTARA  tingkat Asia Tenggara tahun 2009. Kini, selain mengelola Pesantren Basmala di Semarang, ia juga diamanahi untuk menjadi Ketua International League of Islamic Literature cabang Indonesia, sebuah wadah bagi Sastrawan Dunia Islam yang berpusat di Riyadh. Ia juga diminta untuk menjadi Wakil Komisi Seni Budaya MUI Pusat.